Sebab Lemahnya Iman




Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, kepanya kita memohon pertolongan, kepadanya kita memohon petunjuk, kepadanya kita memohon ampunan dan kepadanya pula kita memohon perlindungan dari orang orang zalim dan dari gangguan setan yang terkutuk. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka taka da yang bias menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, tak seorangpun dapat memberinya petunjuk.
Lemahnya iman mempunyai beberapa sebab yang cukup banyak jumlah dan jenisnya, di antaranya ada yang terpadu dengan beberapa ciri. Berikut ini akan dikemukakan sebab-sebab lemahnya iman seseorang :
     
     1.     Kurang Ikhlas

Allah  SWT berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Arab-Latin: Wa mā umirū illā liya'budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah Terjemah

Arti: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

FirmanNya yang lain,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ

Arab-Latin: Lay yanālallāha luḥụmuhā wa lā dimā`uhā wa lākiy yanāluhut-taqwā mingkum,

Terjemah Arti: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.

Ibnu Abbas R.A berkata, “bahwa yang sampai kepada Allah adalah niat ( dari orang yang melakukan hal itu ).”
Dan nilai suatu perbuatan amattergantung pada niat, barang siapa yang baik niatnya, maka perbuatannya itu akan menjadi baik dan ia pasti teguh, terhindar dari kelemahan dan terhindar dari fitnah dalam keberagamaannya, dan ia akan terhindar dari kesesatan dan penyimpangan, sebagaimana Firman Allah SWT ;

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Arab-Latin:  Illā 'ibādaka min-humul-mukhlaṣīn

Terjemah Arti:  Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.”

Diriwayatkan bahwa Umar bin al – Khattab R.A berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sesungguhnya pekerjaan – pekerjaan itu tergantung pada niat – niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan ( ganjaran perbuatanya ) sesuai dengan apa yang dia niatkan.”

Ikhlas adalah dimana pujian dan hinaan manusia sama nilainya disisimu, dan kesepadanan yang lahir dan yang batin pada dirimu.
Abu al – Qasim al – Qusyairi berkata, “Ikhlas itu adalah memusatkan niat dalam melaksanakan ketaatan hanya kepada Allah SWT semata. Yaitu melakukan ketaatan dengan maksud hanya untuk taqarrub kepada Allah SWT tiada maksud lain, seperti mendapatkan pujian manusia, atau tujuan lain yang bukan untuk mendekatkan dir   (taqarrub) kepada Allah SWT.

     2.     Banyak Tertawa

Rasulullah ﷺ bersabda,

Janganlah engkau memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tawa akan mematikan hati”

Yang dimaksud mematiakan hati ialah menjadikan hati lalai untuk mengingat Allah SWT dan lalai kepada kehidupan akhirat, dan apabila hati manusia lalai dalam mengingat Allah, maka sesungguhnya kematian lebih dekat kepadanya dari pada kehidupan.
Bahkan sebagian ada yang berlebihan dalam hal ini hingga senda gurau  itu menjurus pada perbuatan dosa – dosa besar, menghina saudara – saudara Muslim dan memperolok – olok mereka hanya untuk mendapatkan tawa dari teman – temannya lalu senda gurau itu berkembang pada perbuatan dusta untuk mendapatkan tawa dari khalayak.

Rasulullah ﷺ bersabda,

Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berddusta agar orang lain tertawa, celakalah baginya dan celakalah baginya.

Imam al-Manawi dalam kitab Faidh al-Qadir berkata, “ Kalimat: ‘Celaka baginya’ Nabi ulang hingga tiga kali, sebagai pernyataan besarnya azab orang itu, karena perbuatan seemacam itu sumber dari perbuatan hina dan merupakan sumber dari segala perbuatan memalukan, maka jika perbuatan dusta itu dipadukan dengan perbuatan untuk memancing tawa manusia yang dapat mematikan hati dan menyebabkan sikap kasar, maka perbuatan itu adalah keburukan yang paling buruk.

Maka bercanda secara sederhana adalah suatu perbuatan yang sangat penting, khususnya dalam kehidupan manusia yang konsisten, karena ia membutuhkan sikap serius dan karena jalan yang ia tempuh (manhaj) menuntut seperti itu.

     3.     Berlebihan pada suatu yang halal

Para ulama menyebutkan bahwa diantara langkah langkah setan ialah menyibukan diri dengan hal – hal yang Mubah secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan kelalaian dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan menyita waktu. Termasuk berlebihan dalam bergaul, makan , minum, tidur, berbicara, melihat, mendengar, dan lain – lain. Ketika seseorang berlebih – lebihan dalam melakukan sesuatu hal yang disebutkan ini hingga menjadi kebiasaannya, maka sangat berpengaruh terhadap hati, dan jika manusia bersikap melampaui batas dalam melakukan perbuatan halal diatas, maka yang terjadi adalah ia akan menjadi angkuh dan lupa untuk mengingat Allah SWT.
 Dan Beliau bersabda,
Cukuplah bagi seseorang beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang punggungnya, dan kalau harus lebih, maka sepertiga (isi perutnya) untuk makanan, sepertiganya lagi untuk minuman, dan sepertiga yang lain untuk bernafas.”

     4.     Kurang Intropeksi Diri

Sebelum saya berbicara tentang intospeksi, hendaknya seseorang Muslim bertanya pada dirinya, “Mengapa saya harus mengintrospeksi diri ? Apakah introspeksi diri nantinya hanya sekedar pekerjaan rutinitas yang tidak ada fungsi apapun dibaliknya ?!”

Sesungguhnya pertanyaan ini telah dijawab oleh Umar bin al- Khaththab R.A saat ia berkata,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn

Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sungguh kita amat butuh pada sikap introspeksi diri terhadap sesuatu yang kecil ataupun yang besar di setiap waktu dan setiap tempat, agar kita dapat mengendalikan diri ini, jika Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban kepada orang – orang yang tulus tentang ketulusan mereka, lalu bagaimana lalu bagaimana dengan orang – orang lemah seperti kita ?!.


     5.     Menyia – Nyiakan Waktu

Sesungguhnya karunia yang paling besar yang diberikan Allah SWT kepada seorang Muslim adalah menggunakan seluruh waktunya untuk beramal shalih, maka dari itu Rasulullah ﷺ bersabda,

“Pergunakan Lima hal sebelum datangnya lima hal: Masa muda mu sebelum Masa tua mu, Masa sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum matimu.

Ibnul Qayyim berkata, “Seorang manusia sejak pertama kali menginjakkan kakinya dibumi ini, maka saat itu ia telah menjadi seorang musafir yang melakukan perjalanan menuju kepada Tuhannya, dan masa perjalanannya adalah umur yang telah Allah tetapkan baginya.

Terdapat beberapa faktor yang menghambat seorang muslim untuk memanfaatkan waktunya Yaitu :

·        Mengikuti Hawa Nafsu
·        Banyak berangan – angan
·        Hati yang hampa

Dan terdapat beberapa faktor yang dapat membantu seseorang untuk memanfaatkan waktunya, antara lain :
·        Mengetahui pentingnya waktu.
·        Takut kepada Allah
·        Berdoa
·        Berzikir
·        Ingat akan mat
·        Bersikap Zuhud terhadap kehidupan duniawi
Maka berhati – hatilah  wahai saudaraku yang konsisten untuk tidak membuang – buang waktumu dengan sia – sia hingga engkau kehilangan kebahagiaan hidup diakhirat dan hendaknya engkau selalu ingat tentang sesuatu yang telah engkau lakukan untuk agama dan umatmu dan jadikan Allah dan Kehidupan Akhirat sebagai perhatian dan tujuanmu.




0 Comments