KISAH PARA SHAHABIYAH RASULULLAH SAW : KHADIJAH BINTI KHUWAILID R.A

 


Sesungguhnya Islam Memuliakan Seorang Wanita Dengan Pemuliaan Yang Tinggi, baik sebagai anak perempuan, istri, ibu, atau saudara perempuan.

Wanita adalah makhluk yang berperan Penting Dalam kehidupan, karena wanita adalah separuh umat yang melahirkan separuh yang lainnya. Al-Qur’an telah menyebutkan beberapa wanita yang berperan penting dalam sejarah Kemanusian.

Al-Qur ’an berbicara tentang wanita beriman yang datang kepada Rasulullah SAW untuk berbai ’at atau berhijrah, sebagaimana Surah al-Mumtahanah ( Wanita Yang Diuji ) 13 ayat. Hal Ini terjadi karena wanita berperan sentral dalam kehidupan masyrakat. Karena itu musuh - musuh islam senantiasa berusaha untuk merusak wanita dengan berbagai cara.

Kami akan merangkum kisah para shahabiayat Rasulullah SAW yang bersumber dari buku yang berjudul PARA SHAHABIYAH NABI SAW Hasil karya Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani.

 

KHADIJAH BINTI KHUWAILID R.A 



 

Beliau adalah pemuka kaum wanita pada zamannya. Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Kolab al-Qurasyiyah al-Asadiyah yang berjulukan ath-Thahirah ( Wanita Suci ), sekaligus Sayyidah Quraisy. Lahir di keluarga mulia dan terhormat. Dia menjadi magnet yang menarik perhatian orang-orang besar dari kaumnya.

 

Beliau menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi dan melahirkan Halal dan Hindun. Manakala Abu wafat, dan menikah dengan Atiq bin ‘Aidz bin Abdullah al-Makhzumi, tidak lama kemudian merekapun berpisah. Kemudian banyak pumuka besar Quraisy yang datang untuk memperistrinya, namun dia memilih fokus mendidik anak- anaknya dan menata urusan kehidupannya.

 

Dia memperkerjakan orang-orang untuk menjalankan bisnisnya dan melakukan akad bagi hasil dengan mereka. Dan beliau mendengar tentang Rasulullah SAW sebelum Rasulullah diangkat menjadi nabi, bahwa Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat luhur berupa kejujuran dan  amanat serta akhlak-akhlak yang lainnya. Maka beliau menawarkan modalnya kepada Rasulullah SAW untuk berniaga kenegri Syam bersama pelayan laki-lakinya yang bernama Maisarah dan beliau memberi Rasulullah modal yang lebih besar dari pada yang lainnya. Rasulullah SAW setuju dan Rasul berangkat bersama pelayan Khadijah R.A. Dan Allah SWT memayungi Rasulullah dengan taufiknya dalam perjalanan niaga ini, maka laba yang diperoleh melimpah.

 

Mulailah benaknya Khadijah dilintasi berbagai pemikiran disertai perasaan yang kuat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, dia meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah laki-laki yang berbeda dengan laki-laki yang lainnya. Akan tetapi, apakah anak muda yang jujur lagi dipercaya ini berkenan menikah dengannya, sementara dia sudah berkepala empat ? Bagaimana dia menghadapi kaumnya sementara selama ini dia telah menutup pintu untuk para pelamar dari para tokoh Quraisy ?

 

Saat kegelisahan dan kebingungan melanda, seorang teman akrabnya Nafisah binti Munabbih datang, duduk disisinya dan mulai berbincang dengannya, hingga akhirnya dia berkenan membuka rahasia hatinya.

 

Nafisah menenangkan kegelisahannya dan menentramkan kegundahannya. Begitu Nafisah meninggalkannya, dia langsung menuju Nabi Muhammad SAW, dan mengatakan kepada beliau untuk menikah dengan Khadijah.

 

Disebutkan bahwa Nafisah berkata : “Wahai Muhammad, mengapa engkau tidak menikah ?” “Aku tidak punya sesuatu.” Jawab Beliau. “Bila ada mencukupimu, lalu kamu di undang kepada harta, kecantikan, kemuliaan, dan kecukupan, apakah engkau berkenan ?” Nabi Muhammad SAW menjawab dengan bertanya, “Siapa ?” Nafisah langsung menjawab, “Khadijah binti Khuwailid. “Dan Nabi Muhammad SAW pun Menyanggupi”.


Akad pernikahan pun berlangsung, hewan-hewan disembelih dan dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Khadijah R.A membuka rumahnya untuk keluarga dan kerabat. Dan di antara hadirin ada Halimah as-Sa’diyah yang datang menyaksikan pernikahan anak yang pernah disusuinya (Nabi Muhammad SAW). Selepas itu beliau pulang dengan menggiring 40 ekor domba sebagai hadiah dari pengantin mulia bagi wanita yang telah menyusui suaminya, Nabi Muhammad SAW.

 

Selanjutnya Allah SWT memayungi rumah bahagia ini dengan kenikmatan sesudah kenikmatan. Allah memberinya anak laki-laki dan perempuan, mereka adalah al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah R.A .

 

Rasulullah SAW beribadah kepada Allah Di gua Hira’ selama sebulan pertahunnya, Kemudian malaikat Jibril A.S datang dengan apa yang dia bawa berupa wahyu dari Allah SWT saat beliau berada di gua Hira’ pada bulan Ramadhan, beliau menerima wahyu sebagai mana yang terjadi. Beliau lari ketakutan menuju rumah dalam kegelapan Fajar. Sesampainya beliau dirumah, beliau menggumam, “selimutilah aku! Selimutilah aku!” Setelah Khadijah R.A mencari tahu apa yang terjadi, Rasulullah menjawab, “ Khadijah, sungguh aku mengkhawatirkan diriku.” Khadijah R.A menjawab,

 

“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau senantiasa menyambung tali silaturahim, berkata jujur, memikul beban orang kesusahan, memuliakan tamuu, membantu usaha-usaha kebenaran.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari di awal kitab Bad’u al-wahyi, Hadits no 3.

 

Tidak berhenti sampai disini , Khadijah R.A langsung menemui anak pamannya, Waraqah bin Naufal, menyampaikan apa yang terjadi pada suaminya, lalu Waraqah menjawab,

 

“Dia adalah Namus ( Malaikat Jibril A.S ) Yang Allah utus kepada nabi Musa A.S. Seandainya saat itu aku masih kuat, seandainya saat itu aku masih hidup, saat dimana kaummu mengusirmu.”  Rasulullah SAW bertanya, “Apakah mereka mengusirku ?” Waraqah menjawab, “Ya, tidak ada seorangpun yang datang membawa seperti apa yan engkau bawa kecuali dia pasti dimusuhi. Seandainya aku mendapatkan saat itu niscaya aku akan menolongmu sekuat dayaku.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari di awal kitab Bad’u al-wahyi dan Muslim dalam Kitab al-Imam Bab Bad’u al-wahyi  Hadits no 160.

 

Khadijah R.A adalah wanita yang pertama yang beriman kepada Allah dan RasulNya, membantu Nabi Muhammad memikul beban intimidasi dan tekanan paling berat, ,maka dengan itu Allah membuat beban itu menjadi lebih ringan bagi NabiNya. Ayat-ayat Al-Qur’an dari waktu ke waktu secara berangsur-angsur.

 

Khadijah R.A mulai mendakwahkan Islam mendampingin Rasulullah SAW. Berbagai ujian berat mulai menimpa kaum Muslimin, maka Khadijah berdiri layaknya gunung yang sangat tinggi dalam hal keteguhan dan ketegara. Allah memilih dua putranya al-Qasyim dan Abdullah untuk kembali ke haribannya, maka  Khadijah R.A bersabar dan berharap pahala. Dia melihat wanita syahid pertama dalam Islam, Sumayyah saat dia menghadapi sakaratul maut di tangan para Thaghut hingga dia menyerahakan nyawanya yang mulia kepada sang Penciptanya dalam keadaan mulia dan terhormat.

 

Enam bulan setalah runtuhnya pemboikotan Quraisy, Abu Thalib wafat, kemudian disusul oleh Khadijah 3 tahun sebelum Hijrah.

 

Begitulah Khadijah R.A seorang istri yang bijak yang mengukur segala urusan dengan ukuran yang cermat, memberikan pengorbanan  yang mendatangkan Ridha Allah dan Rasulnya. Karena itu dia berhak mendapatkan istana di syurga dari mutiara yang tidak ada kebisingan dan kelelahan di dalamnya.

Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik wanita dunia ( di zamannya ) adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baiknya wanita ( di zamannya ) adalah Khadijah binti Khuwailid.” ( Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. No. 2430 )

 

 

 

 

 

 

 

 

0 Comments