5 Sebab Lemahnya Iman Kita



Lemahnya iman mempunyai beberapa seab yang cukup banyak jumlah dan jenisnya, di antaranya ada yang terpadu dengan beberapa ciri, dan ada banyak hal yang jika dilakukan oleh seorang yang muslim itu akan berakibat melemahkan iman yang telah ada dalam diri. Nah, berikut adalah beberapa sebab lemahnya iman seseorang yang perlu Anda ketahui.

 

        1.   Banyak Tertawa

 

Rasulullah Saw telah menerangkan kepada kita tentang bahaya banyak tertawa, Yaitu dapat melenyapkan fungsi hati, dimana bisa berubah dari hidup menjadi mati.

 

Rasulullah Saw Bersabda,

Janganlah engkau memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tawa akan mematikan hati.”  ( H.R. At-Tirmidzi no 7435 )

 

Yang dimaksud dengan mematikan hati adalah menjadikan hati lalai untuk mengingat Allah dan lalai kepada akhirat, dan apabila hati manusia lalai dalam mengingat Allah maka sesungguhnya kematian lebih dekat kepadanya dari pada kehidupannya.

 

 

        2.   Berlebihan Pada Sesuatu Yang Halal

 

Para ulama menyebutkan di antara langkah setan adalah menyibukkan diri dengan hal-hal yang mubah secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan kelalaian dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan akan menyita waktu.

Dan dari Anas ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda pada suatu hari,

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya tidak pernah ada keluarga Muhammad satu sha’ biji-bijian dan tidak pula satu sha’buah kurma sampai sore hari, padahal keluarga Muhammad itu ( terdiri ) dari Sembilan bilik dan saat itu beliau memiliki Sembilan orang istri.” ( Musnad Ahmad, 3/238 )

Nabi Muhammad Saw menjalani kehidupannya dengan kefakiran dan meninggalkan kenikmatan duniawi, maka dari itu beliau mendapatkan kenikmatan dalam ketaatan dan dapat menikmati manisnya bermunajat kepada Allah.  Dengan demikian beliau mendapatkan kekayaan yang hakiki, maka beliau mulia di hadapan Allah dan mulia di hadapan manusia, beliau dicintai di langit dan di bumi di cintai setiap makhluk hidup dan bebatuan menyampaikan salam kepada Rasulullah Saw, dan rasulullah Saw Bersabda,

“Cukuplah bagi seseorang beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang punggungnya, dan kalau harus lebih maka sepertiga ( isi perutnya ) untuk makanan, sepertiganya lagi untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk nafasnya.” ( HR. Ahmad 4/132 )


 

        3.   Mengabaikan Tugas Kalbu

 

Syaikhul Islam Ibnu Taiimiyah berkata, “Tugas kalbu merupakan salah satu diantara pondasi-pondasi iman dan merupakan satu di antara kaidah-kaidah agama seperti mencintai Allah dan RasulNya, tawakal kepada Allah, bersabar terhadap segala sesuatu yang telah di tetapkan Allah, takut kepada Allah serta mengharap kepada Allah Swt, dan lain-lainnya.

 

Hati atau kalbu merupakan tempat perhatian Allah Swt, maka sudah sepatutnya bagi setiap Muslim untuk memperhatikan setiap gerak-gerak kalbunya, Rasulullah Saw Bersabda,

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk-bentuk dan harta-harta kalian,  tetapi Dia akan melihat pada hati-hati dan perbuatan-perbuatan kalian ( HR. Muslim dan Abu Hurairah RA )

 

Banyak tugas yang harus dikerjaakan hati manusia, antar lain adalah mencintai Allah Swt, dan ini merupakan tugas kalbu yang paling besar dan merupakan tujuan yang paling mulia.


 

        4.   Jauh dari Nuansa Iman

 

Jauhnya seorang mukmin dari nuansa iman dalam durasi waktu yang cukup panjang dapat menjadi sebab lemahnya iman. Allah berfirman,

 

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)

 

Nuansa iman yang paling mudah didapat adalah dengan banyak bergaul dengan ikhwah fillah, teman beriman yang senang menasehati dan menyemangati dalam ketaatan. Ketika seorang mukmin jauh dari pergaulan dengan ikhwah fillah baik karena sedang safar dalam waktu yang lama, pindah rumah sehingga pindah ke lingkungan yang jauh dari nuansa iman, dan semisalnya, maka sedikit-demi sedikit nuansa iman dalam dirinya akan meredup.

 

Oleh sebab itu, keberadaan ikhwah fillah di dekat seorang mukmin adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Al-Hasan al-Bashri mengatakan,

 

“Ikhwah kami lebih kami cintai dari keluarga kami. Sebab keluarga kami mengingatkan kami kepada dunia, sedangkang ikhwah kami mengingatkan kami kepada akhirat.” (Qutul Qulub, Abu Thalib al-Makki, 2/367)

 

 

        5.   Jauh dari Keteladanan yang Baik dan Jauh dari Thalabul Ilmi

 

Seorang mukmin yang belajar ilmu kepada seorang guru yang shalih akan terkumpul pada dirinya ilmu yang bermanfaat, amal shalih, dan keimanan yang kuat. Maka tatkala orang mukmin tersebut berpisah dari gurunya dalam waktu tertentu, itu dapat menimbulkan kerasnya hati dan menjadi sebab lemahnya iman.

 

Seperti itulah yang dirasakan para sahabat ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Mereka kehilangan sosok panutan terbaik sepanjang zaman. Rasa kehilangan itu membekaskan kelemahan hati dan penyusutan iman pada diri para sahabat.

 

Demikian pula, ketika seorang mukmin jauh dari aktivitas thalabul ilmi dan interaksi dengan kitab-kitab turats, maka itu akan menjadikan iman seorang mukmin melemah. Sebab, interaksi dengan ilmu syar’i akan membuahkan keimanan pada diri seseorang.

0 Comments