KISAH PARA SHAHABIYAH RASULULLAH SAW : ZAINAB BINTI JAHSY RA Ummul Mukmin Yang Paling Mulia Dan Walinya

 


Wanita adalah makhluk yang berperan Penting Dalam kehidupan, karena wanita adalah separuh umat yang melahirkan separuh yang lainnya. Al-Qur’an telah menyebutkan beberapa wanita yang berperan penting dalam sejarah Kemanusian.

Al-Qur ’an berbicara tentang wanita beriman yang datang kepada Rasulullah SAW untuk berbai ’at atau berhijrah, sebagaimana Surah al-Mumtahanah ( Wanita Yang Diuji ) 13 ayat. Hal Ini terjadi karena wanita berperan sentral dalam kehidupan masyrakat. Karena itu musuh - musuh islam senantiasa berusaha untuk merusak wanita dengan berbagai cara.

Kami akan merangkum kisah para shahabiayat Rasulullah SAW yang bersumber dari buku yang berjudul PARA SHAHABIYAH NABI SAW Hasil karya Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani.

 

ZAINAB BINTI JAHSY R.A 

Dia adalah Zainab binti Jahsy, wanita yang khusyu’ dan ridha, ahli ibadah dan do’a. Ingat akan alam akhirat dan merasuki hatinya, dalam mihrab ibadah dan ketaatan dia adalah contoh yang tiada duanya dan cahaya yang bersinar. Paman dari pihak ibunya adalah pemuka para syuhada dan singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib RA. Saudaranya adalah pemegang panji pertama yang dikibarkan dalam islam, orang pertama yang dipanggil Amirul Mukminin dan salah seorang syuhada’ Abudullah bin Jahsy RA. Ibunya adalah bibi Rasulullah Saw Umaimah binti Abdul Muthalib.

 

Sebelumnya Zainab RA ditawarkan untuk menikah dengan Zaid bin Haritsah RA, mantan hamba sahaya Rasulullah Saw atas perintah Rasulullah Saw. Zainab tidak berminat untuk menikah dengan Zaid, karena Zaid adalah mantan budak, sedangkan dia adalah wanita terkemuka yang memiliki kedudukan mulia. Maka turunlah Firman Allah Swt.

 

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak ( pula ) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan ( yang lain ) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” ( Al-Ahzab : 36 ).

 

Maka Zainab tidak mungkin tidak mungkin menyelesihi perintah Allah dan RasulNya Saw, dia pun tunduk. Akhirnya Zaid bin Haritsah menikahinya. Zainab memegang asas prinsip yaitu tidak ada perbedaan di antara manusia kecuali dengan sebab takwa. Kehidupan rumah tangga diantara keduanya berjalan sebelum akhirnya Zaid menalaknya lalu Allah Swt menikahkannya dengan Nabi Saw melalui teks ayat Al-Qur’an Al-Karim tanpa wali dan saksi.

 

“Dan ( Ingatlah ), ketika engkau ( Muhammad )berkata kepada orang yang diberi nikmat oleh Allah dan engkau ( Juga ) telah memberi nikmat kepadanya, ‘Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,’sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya ( menceraikannya ), kami kami nikahkan engkau dengan dia ( Zainab ) agar tidak agar tidak ada keberatan bagi orang-orang mukmin untuk ( menikahi ) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.” ( Al-Ahzab : 37 )

 

Zainab binti Jahsy RA meraih kemulian besar dari Allah Swt karena Allah menjadikannya termasuk Ummahatul Mukmin, menjadi seorang istri Nabi Saw yang suci. Zainab RA membanggakan dirinya denga itu atas Ummahatul Mukmin lainnya. Dia berkata “Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, sedangkan aku dinikahkan langsung oleh Allah dari atas langit ketujuh.”

Zainab RA dikenal sebagai wanita baik, bertakwa, dan berakhlak mulia. Dari Aisyah RA, bahwa dia berkata, “Zainab binti Jahsy menyaingiku dalam memperoleh kedudukan disisi Rasulullah Saw. Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang baik dalam agama dari pada Zainab, dia adalah wanita yang paling bertakwa kepada Allah, paling jujur kata-katanya, paling kuat silaturahimnya, dan paling besar sedekahnya.

 

Sesungguhnya Allah menikahkannya dan berfirman tentang hal itu. Aisyah RA berkata, “Semoga Allah merahmati Zainab, sungguh dia mendapatkan kemuliaan di dunia yang tidak disaingi kemulian apapun. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda kepada kami,

“Yang paling cepat menyusulku adalah yang paling panjang depannya di antara kalian.”

Nabi Saw menyampaikan berita gembira kepadanya berupa kecepatannya dalam menyusul beliau, dia adalah istri Nabi Saw di surge. ( Diriwayatkan Oleh Muslim, 2422 dan Ahmad, 6/151 )

 

Zainab binti Jahsy RA wafat tahun 20 H. Saat ajal tiba, dia berkata, “Sesungguhnya aku sudah menyiapkan kain kafanku, dan mungkin Umar akan mengkirimkan kain kafan kepadaku. Bila memang demikian, maka sedekahkanlah salah satunya, dan setelah kalian menjulurkan kain kafan keseluruh tubuhku, jika kalian mampu menyedekahkan sarungku, maka lakukanlah. ( ath-Thabaqat al-Kubra, 8/109 ).

 

Semoga Allah meridhai Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy RA, seorang wanita yang khusyu’ dan ridha, ahli ibadah dan berdoa.

0 Comments