Kisah Teladan Utsman bin Affan Yang Menjadi Teladan Kita

 

Siapa Utsman bin Affan ?

Sebagai muslim, belum sempurna rasanya kalau kita gak mengenal para sahabat Nabi dan menjadikan akhlaknya sebagai panutan. Sikap teladan yang dibahas kali ini adalah khulafaur rasyidin yang menjadi khalifah ketiga, dialah Usman bin Affan.

 

Usman termasuk salah satu sahabat yang selalu mendampingi dan menyertai perjuangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

 

Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat nabi yang menjadi khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab. Beliau Utsman bin Affan adalah khulafaur rasyidin yang diangkat menjadi khalifah pada usia 70 tahun. Kisah Utsman bin Affan tak lepas dari saat ia menjadi khalifah selama 12 tahun, yakni pada masa pemerintahan tahun 644 hingga 656 M atau 12 Dzulhijjah 35 H. Ia adalah khalifah dengan masa jabatan terlama yang berasal dari Bani Umayyah. Beliau juga mendapatkan gelar dzun nurain atau pemilik dua cahaya karena telah menikahi dua putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

 

Kisahnya menginspirasi, bahkan malaikat saja sampai takjub melihat Utsman yang begitu cerdas dan taat dalam menjalankan agama islam. Pengalaman adalah guru terbaik dan hal tersebut bisa Sahabat dapatkan dengan mengambil hikmah dari kisah Usman bin Affan. Berikut beberapa sifatnya yang bisa Anda jadikan teladan saat bergaul dengan masyarakat:

 

Utsman bin Affan Adalah Sosok yang Dermawan 

Aset Jariyah dari hasil Wakaf Utsman bin Affan, membeli sumur Raumah, lalu digratiskan untuk meningkatkan kesejahteraan umat, air sumur di alirkan kekebun kurma supaya subur. Pohon kurma terus bertambah hingga diwariskan dari generasi ke generasi. Dari Khalifah hingga dikelola Pemerintah Arab Saudi untuk membantu anak yatim dan menyimpan sebagian di Bank atas nama Utsman bin Affan dibawah pengawasan Departemen Pertanian.

 

Hasil surplus digunakan untuk manfaat seluas-luasnya, salah satunya pemerintah Saudi membeli tanah di kawasan Markaziyah untuk hotel Parawisata di dekat Masjid Nabawi.

 

Kisah abadi Utsman bin Affan mewakafkan sumur adalah bukti sifat kedermawanannya pada harta. Jika dikonversi ke dalam rupiah, nilai kekayaannya mencapai  Rp 2.532.942.750.000. Akan tetapi, ia sama sekali tidak menimbun, melainkan Utsman senang menggunakan hartanya untuk sedekah, zakat, atau wakaf yang manfaatnya berkepanjangan untuk dunia dan akhirat. Di dunia, banyak masyarakat Madinah yang merasa tertolong dan berdaya dengan adanya sumur Raumah.

 

Pada saat Nabi Muhammad dan masyarakat Madinah kesulitan mencari air, Rasulullah bersabda:

“Wahai sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka ia akan mendapatkan surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

 

Awalnya, Utsman membeli Sumur Raumah dari Yahudi agar Rasulullah dan masyarakat Madinah bisa minum di tengah panceklik. Bermula dari Utsman membeli setengah air, hingga akhirnya membeli sepenuhnya setelah kesepakatan yang lain dengan pemilik sumur. Sampai sekarang, wakaf sumur dari Utsman hadir dengan kokoh selama 14 abad sebagai devisa negara Saudi.

 

  • Kepedulian kepada Agama dan Umat

Utsman bin Affan dipercaya menjadi khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab wafat. Terpilihnya Utsman bin Affan adalah karena sikap dan perilaku beliau yang luhur dan ikhlas dalam berjuang mengembangkan agama Islam.

 

Setelah menjadi khalifah, banyak hal yang dilakukan untuk mengembangkan agama Islam. Salah satu jasanya adalah membentuk tim penerbitan Al Quran yang diketuai Zaid bin Tsabit. Hal ini karena kekhawatirannya terhadap kaum Muslimin dalam hal membaca Al Quran karena naskah-naskahnya yang ada tidak ada susunannya dan terdapat perselisihan tentang cara membacanya.

 

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan naskah Al Quran yang ada pada penduduk. Karena naskah Al Quran yang ada pada penduduk bisa saja tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Tugas selanjutnya adalah menyalin dan menyusun naskah Al Quran dengan merujuk pada naskah yang disimpan oleh Hafsah binti Umar yang masih terpelihara dengan baik dan benar. Al Quran yang telah dibukukan atau diterbitkan ini kemudian dikenal dengan istilah 'Mushaf Al-Imam' atau Mushaf Utsmani untuk dijadikan sebagai pedoman bacaan Al Quran yang benar.

 

  • Sifatnya yang lembut dan pemalu membuat Ustman disegani Rasullullah dan malaikat 

Siti Aisyah Radhiyallahu Anahu meriwayatkan bahwa suatu hari Abu Bakar ingin bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang saat itu tengah berbaring dengan baju yang agak tersingkap hingga betisnya terlihat. Selesai berbincang, Abu Bakar pun pulang dan kemudian datanglah Umar. Tak lama usai berdiskusi, Umar pun pulang.

 

Lalu datanglah Ustman meminta izin bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Mendengar Usman yang datang, Rasulullah segera duduk dan merapikan pakaiannya. Setelah Ustman pulang, Aisyah pun bertanya kenapa Nabi menyambut Usman dengan cara lebih santun. Rasulullah menjawab,

 

“Ustman seorang pemalu. Kalau dia masuk sedang aku masih berbaring, dia pasti malu untuk masuk dan akan cepat-cepat pulang sebelum menyelesaikan keperluannya. Hai, Aisyah, tidakkah aku patut malu kepada seorang yang disegani para malaikat ?” (HR. Ahmad)

 

Dari riwayat itu, Rasulullah telah mengajarkan akhlak malu sebagai teladan bagi kita. Malu gak bakal memberimu sesuatu selain kebaikan. Sebaliknya, kamu bakal sulit mendapatkan kebaikan kalau hilang rasa malu.

 

  • Menjaga Akidah dengan Menghafal Al Quran

Sikap inspiratif dari Utsman bin Affan selanjutnya adalah teguh akidah. Selain pandai berfikir strategis, Utsman juga seorang penghafal Al Quran. Hasratnya dalam mengafal Al Quran membuat Ali berdecak kagum. Di sisi lain, ia mempraktekkan agama dan kehidupan secara berdampingan.

 

Kisah Utsman bin Affan Disiksa Paman Saat Masuk Islam

Selain menjalani kehidupan sebagai penghafal Al Quran, ia memiliki kisah istimewa saat percaya terhadap Islam. Sahabat perlu tahu kalau Utsman bin Affan termasuk ke dalam golongan Assabiqunal Awwalun atau orang-orang pertama yang memeluk Islam. Setelah mendengar Utsman masuk Islam, pamannya yakni Al-Hakam bin Abil Ash sangat marah hingga mencambuknya berkali-kali agar kembali kepada agama nenek moyangnya.

 

Utsman tidak gentar. Ia tetap teguh pada akidahnya hingga menjawab, 

“Demi Allah aku tidak mengganti keyakinanku, aku tidak akan meninggalkan agama yang diajarkan Rasulullah, apa pun yang terjadi pada diriku.”

 

Karena keteguhannya, pamannya pun menyadari Utsman tidak mungkin kembali ke agama nenek moyang. Maka dari itu, ia melepaskan Utsman bin Affan dari siksaan.

 

  • Kesederhanaan dan Rendah Hati 

Utsman bin Affan tergolong sebagai orang kaya namun ia tidak hidup berfoya-foya. Perilaku kehidupannya sederhana dan bersahaja, seperti dalam berpakaian, makan, dan tempat tinggal.

Diceritakan oleh Syurahbil bin Muslimin bahwa "Biasanya Utsman memberi makan mewah seperti yang biasa dihidangkan oleh kaum penguasa, tetapi di rumahnya ia biasa memakan roti dengan cuka atau dengan minyak."

 

  • Selalu merasa sungkan kalau sampai tak menolong kaumnya yang kesulitan

Ketika kaum muslimin hijrah dari Makkah ke Madinah, mereka mengalami masalah kesulitan air. Di sana ada sebuah sumur milik seorang Yahudi yang airnya sengaja diperdagangkan, sedangkan kaum muslim telah meninggalkan harta bendanya di Makkah.

 

Utsman pun pergi ke rumah Yahudi itu untuk membeli separuh sumurnya, yakni sehari milik muslimin dan sehari hak milik orang Yahudi itu. Saat tiba giliran hak Utsman, umat muslim bergegas mengambil air untuk kebutuhan dua hari. Karena perdagangan airnya tak lagi berkembang, Yahudi itupun menjual sumur itu sepenuhnya pada Utsman.

 

Itulah salah satu contoh kedermawanan Utsman bin Affan yang tak segan menyumbang harta untuk mengeluarkan umat muslim dari kesusahan.

 

  • Sabar dan berserah diri pada Allah saat fitnah besar menimpanya di penghujung hayat

Pada akhir tahun 34 Hijriah, daulah Islam mulai dilanda fitnah berupa tuduhan-tuduhan palsu terhadap pemerintahan Ustman. Pemberontak dari Mesir berperan utama dalam perang propaganda melawan kekhalifahan. Pada masa ini, Ustman banyak menangis dan bertaubat pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Pemberontakan kian memanas sampai kediaman Ustman dikepung oleh musuh. Pendukung Ustman yang kalah jumlah dari pemberontak, meminta pada Ustman untuk membiarkan mereka berperang melawan musuh. Tapi karena kesabarannya, Ustman mencegah karena tak ingin ada pertumpahan darah sesama muslim.

 

Suatu hari, para pendurhaka menyerbu rumah Ustman dan membunuhnya. Mereka tak menaruh sedikit pun belas kasihan pada Usman Radhiyallahu Anahu yang telah berjuang dan menginfakkan hartanya demi kemajuan Islam.

 

Itulah beberapa sikap teladan Ustman bin Affan yang bisa dipetik. Semoga uraian di atas bisa menambah kecintaan kita sebagai muslim pada para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

0 Comments