SEJARAH
Islam adalah sejarah yang dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa besar dan sangat
berpengaruh terhadap peradaban manusia. Islam datang membawa perubahan, setelah
sebelumnya sejarah manusia berada dalam kejahiliyahan. Kini Islam datang dengan
cahaya baru yang menerangi seluruh alam. Kejayaan Islam bisa kita rasakan
pengaruhnya hingga saat ini. Tentu tidak dapat dipungkiri, bahwa di balik
setiap kejayaan yang gemilang terdapat sosok atau pelaku yang berperan penting
didalamnya.
Salah satu
pelaku atau pemain yang sangat berpengaruh dalam perkembangan sejarah Islam adalah
Umar Bin Al-Khattab. Siapa yang tak kenal dengan sosok Umar? Ia merupakan salah
satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia adalah sosok yang sangat berperan penting
dalam kejayaan Islam. Nama lengkapnya adalah Umar bin Al-Khattab bin Nufail bin
Abdul Uzza Al-Quraisy, biasa dipanggil Abu Hafsh dan digelari Al-Faruq (pemisah
antara yang hak dan yang batil). Sosok umar dikenal sebagai seorang sahabat
yang paling keras wataknya di kalangan pemuda Quraisy. Pada masa jahiliyah, ia
selalu menjadi utusan, menjadi duta besar, dan menjadi kebanggaan kaum Quraisy.
Ia pandai membaca dan menulis.
Inilah kisah
mengharukan detik - detik Umar Bin Khattab masuk agama Islam. Dia mendapat
hidayah Allah berkat doa Rasulullah SAW.
Doa itu dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah
satu pilar kekuatan Islam. Sedangkan Amr bin Hisham meninggal dunia sebagai Abu
Jahal.
Sebagai umat
Islam tentu kita tidak asing dengan nama Umar Bin Khattab. Dia adalah salah satu
sabahat dekat nabi Muhammad SAW. Kisah hidupnya sangat mengharukan. Namun tidak
sedikit umat Islam yang sudah tahu bagaimana kisah dia, sebelum mualaf dan
setelah mualaf.
Umar Bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab
(581- November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga
khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah
kelahiran Rasulullah SAW.
Ayahnya
bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah. Perawakannya tinggi besar dan
tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang
lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan. Umar
dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy.
Nasab Umar bertemu dengan nasab Rasulullah pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau
dengan Rasulullah selisih 8 kakek.
Sebelum masuk
Islam, Umar Bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan
Islam. Ia bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya dan melakukan
perbuatan-perbuatan jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri.
Umar masuk
Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin
Abdul Muthalib masuk Islam. Dikisahkan, suatu malam Umar bin Khattab datang ke
Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan salat
Rasulullah SAW. Waktu itu Rasulullah membaca surat Al Haqqah. Umar Bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri. “Demi
Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy.”
Kemudian
beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Alquran
bukan syair). Lantas beliau berkata, “Kalau begitu berarti dia itu dukun.”
Kemudian beliau mendengar bacaan Rasulullah ayat 42, (Yang menyatakan bahwa
Alquran bukanlah perkataan dukun) akhirnya beliau berkata, “Telah terbetik
lslam di dalam hatiku.” Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik
buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi
Islam.
Kemudian
pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh
Rasulullah SAW. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah al
‘Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin
Khattab, “Mau kemana wahai Umar?” Umar bin Khattab menjawab, “Aku ingin
membunuh Muhammad.”
Pria tadi
berkata, “Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah kalau kamu
membunuh Muhammad?” Maka Umar menjawab, “Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu
telah meninggalkan agama nenek moyangmu.” Tetapi lelaki tadi menimpali, “Maukah
aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesungguhnya adik
perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini.”
Kemudian dia
bergegas mendatangi saudara perempuannya yang sedang belajar Alqur’an, Surah Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka
Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang
didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata,
“Kami tidak sedang membicarakan apa-apa.”
Umar bin
Khattab menimpali, “Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang
kalian.” Saudaranya menjawab, “Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu
bukan berada pada agamamu?” Mendengar ungkapan itu Umar bin Khattab memukulnya
hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudara perempuannya itu
mempertahankan agama Islam yang dianutnya. Ketika melihat wajah saudarinya
berdarah, Umar menjadi iba kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia
lihat.
Umar bin
Khattab berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin
membacanya.” Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan
al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci.
Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan
Umar pun menurutinya.
Setelah
mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِالرَّحِيْمِ Kemudian dia berkomentar: “Ini
adalah nama-nama yang indah nan suci”
طٰهٰ
Hingga ayat
:
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaha : 14)
Beliau
berkata :
“Betapa
indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar
ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata:
“Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam
Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa : “ Ya Allah, muliakanlah Islam
dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab
atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di
kaki bukit Shafa”.
Umar
bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia
mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat
celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama
pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah
bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab
mereka.
“Umar ?!,
bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi
jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah
SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar,
dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju
dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau
wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah
diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya
Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin
Khattab”.
Maka
berkatalah Umar :
“Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah
Rasulullah .
Kesaksian
Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah
saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk
Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik,
sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.
1 Comments
Hadeeerrr
ReplyDelete